21 Feb 2013

Jika Si Sulung Terpaksa Berkacamata

     Tidak ada cerita yang seru untuk berbagi seperti biasanya. Menjelang 3 minggu  H yang dinantikan. Siang itu setelah waktu pulang sekolah.
"  Ma, Kakak agak pusing nih, kepala," keluh Riva, sulungku setelah makan. Aku melihat mimiknya yang seperti menahan sesuatu.
" Apa Kakak demam? Coba Mama periksa," sahutku kemudian sambil menempelkan punggung tangan di dahinya. Biasa-biasa saja. Kekuatiran bisa muncul, mengingat Riva sering kumat amandelnya. Wajar sebagai Ibu turut merasakan kesedihan. Gejala pusing disertai rasa pahit di lidah berlanjut mual-mual berujung muntah yang berkesinambungan. Siap-siap repot selalu mengganti baju juga seprei tidur.
Setidaknya siang itu, saya agak bernafas lega. Alhamdullilah amandelnya biasa saja. Mungkin ini efek hujan, bisa jadi masuk angin biasa
Menjelang tengah malam,obrolan mengawali dongeng tidur. Sungguh terkesiap manakala Riva, sulungku dengan datar berbagi rahasia kembali.
     "Maaf ya, Ma kelupaan. Tadi bu Guru menyuruhku priksa ke optik !" katanya enteng.
Kepalaku ini seperti disetrum lebah beberapa kali. "Whaaat !!!"
     "Kenapa bu Guru minta Kakak priksa optik? " tanya saya penasaran.
Kemudian meluncurkan beberapa rangkaian cerita. Ketika di kelas, Riva kerap kali maju ke depan, tepat dibawah whiteboard kelas. Sehingga salah seorang guru menegurnya. Dijawab oleh RIva, memang sama sekali tidak jelas apalagi jika spidolnya mbleret (baca : hampir habis), dipastikan tulisan yang ada seperti gumpalan-gumpalan awan.
     Owalah, Nak...hati Mama jadi terpukul. Kaget tak kepalang. Langsung saya inisiatif untuk mengetes Riva langsung.
      "Coba, Kakak baca tulisan dalam lingkaran jam dinding itu !"  perintah saya sambil menuding tulisan jam dinding yang begitu jelas. EDISON.
          Berkali-kali, Riva menatap lekat. Matanya mengerjap-ngerjap. Mungkin mencoba konsentrasi lebih baik. Nyatanya, jawaban yang keluar tidak sesuai harapan. "Aneh, Ma...Kakak tidak tampak tulisannya" jelasnya polos. Waaaadow, batin saya menjerit pilu. Ada apa dengannya? Lalu saya sharingkan dengan suami, keputusannya besok sepakat untuk memeriksakan mata ke optik terdekat.

      Benar sekali dugaan Guru kelas Riva. Saat diperlihatkan hasil pemeriksaan. Ternyata Riva mengalami minus hampir 3. OMG, kesalahan fatal sekali yang saya buat sampai sejauh ini tidak menyadari ada yang kurang beres di penglihatannya. Mata saya terus berkaca-kaca menahan sedih. Jujur, dalam riwayat keluarga baik pihak suami dan saya tidak ada yang berurusan dengan kacamata.
     Mungkin saya termasuk golongan orang konvensional. Berpendirian lebih nyaman memiliki mata yang sehat dan normal. Apalagi mendukung ke depannya jika ingin meneruskan bekerja di Jepang yang notabene ketat memperlakukan regulasi tentang kesehatan mata. Belum lagi jika ingin mendaftar ke bidang militer. Tentunya mata yang sehat lebih diprioritaskan. 
    Sampai di rumah, saya tancap langsung googling mengenai penyakit mata minus atau yang lebih dikenal Myopie. Seseorang mengalami mata minus (myopie) ini karena kedudukan kedua bola mata melonjong ke depan.
Gambar diambil dari : sini


 Menuntaskan rasa keinginantahuan saya supaya Riva bisa berangsur-angsur sembuh, saya rajin menyimak artikel yang berkaitan dengan myopie. Sehingga saya bisa menarik kesimpulan kalau mata minus ini merupakan gangguan penglihatan akibat tidak sempurnanya bayangan benda yang diterima oleh saraf penglihatan untuk diteruskan menuju otak. Sehingga bentuk bola mata menjadi terlalu lonjong atau kornea melengkung sehingga bayangan benda yang masuk ke mata tidak fokus. Penglihatan menjadi buram atau kabur, karena bayangan benda jatuhnya di depan retina yang merupakan area sensitif mata. 

Faktor Mata Minus/ Myopie 
Selain bisa dikarenakan genetik dari orangtua, semisal Ayah atau Ibu mengalami mata minus maka bisa diwariskan gen mata minus terhadap anak-anaknya. Disamping faktor genetik, bisa dipicu adanya kebiasaan yang kurang baik seperti : 

  1. Membaca buku sambil tiduran, menonton TV terlalu dekat jaraknya, atau terpapar radiasi monitor komputer. Kesemuanya ini yang memaksa otot mata terlalu tegang sehingga dapat rusak.
  2. Frekuensi yang terlalu lama beraktivitas pada jarak pandang yang sama.
  3. Membaca atau melihat ditempat yang gelap atau sebaliknya menatap sumber cahaya benderang langsung.
  4. Kemungkinan kurang zat gizi yang diperlukan mata seperti vitamin A, betakaroten.
  Setelah merangkum keterangan penting yang berkaitan dengan mata minus, saya mulai membiasakan Riva untuk lebih disiplin dalam terapi penyembuhannya seperti hal berikut :
  1. Hindari menonton TV terlalu dekat
  2. Usahakan bermain komputer tidak lebih dari sejam, tentunya dengan posisi ergonomis. Antara duduk dan sudut pandang saat bermain.
  3. Biasakan membaca dengan jarak aman kurang lebih 30 cm.
  4. Makan makan kaya serat dan bergizi   
  5. Selingi untuk memandang sesuatu yang bernuansa sejuk seperti warna tumbuhan hijau, atau gambar pemandangan.  
Kini saya dan Riva harus bisa menjadi tim yang kompak dalam menjalani terapi yang diharapkan. Semisalnya, dia komplen kalo jus wortel berasa sepet (kalo orang Jawa istilahnya sengur), maka saya harus pintar berkreasi mencari ide. Bagaimana supaya Riva merasa nyaman dan suka minum jus wortelnya tiap hari.
Alhamdullilah, resep variasi nan sederhana bisa menjadi formula tetap. Yakni Jus We A Je. Dibaca jus dari campuran wortel, apel ijo serta jeruk wedang. Campur semua bahan ditambah gula pasir (bisa diganti madu asli) plus air. Lalu saring halus. Tinggal menenggak menjadi minuman MakNyuuuz.
Buktinya kini, setiapkali berangkat sekolah selalu wanti-wanti untuk bikin jus WAJ.
"Ma, jangan lupa bikin jus WAJ lagi,ya. Segelas tupperware penuh," jelasnya dengan semangat 45.
Sweet Riva with his new glasses.
       
Semogqa saja mata minusmu berangsur-angsur membaik,ya Nak. Btw Happy Birthday the-9 years old,today.  We all love u much.


     

11 komentar:

  1. aku jg mengalaminya mak..malah Zidan berkacamata saat berumur 7 thn (skrg 9 thn). Tapi memang minus bisa berkurang mak.. dl Pertama pake kacamata Zidan minus 1,5 skrg minus 1. Yaa memang harus sabar & telaten ya mak.. tetap semangaattt.. :))

    Oya happy birthday Riva..smg jadi anak sholeh, tmbh pintar, selalu sehat & berbakti kpd orngtua aamiinn.. *hugs

    BalasHapus
  2. Kok sampai minus 3 baru ketauan mak? Anakku juga pake kacamata sih. Minus 1,5. Krn masih masa pertumbuhan, kt dokter mesti dijaga benar2. Kacamata dipakai terus & kebiasaan membaca yg benar. 6 bulan sekali harus diperiksa untuk dilihat perkembangannya krn keluarga banyak yg berkacamata

    BalasHapus
    Balasan
    1. anak sulungku juga minus 0.5 dia udah mulai ngeluh jadi alhamdulillah terdeteksi agak dini.

      mungkin jg karena suamiku minus 5 sejak SMP. semoga riva sehat terus y mba..

      Hapus
  3. Pertama, wanna wish Riva all the best on his Birthday yaa! Met ultah Riva! :)

    Kedua, sebagai ibu, tentu hati kita jadi sgt prihatin kala mengetahui kabar yg memprihatinkan spt itu menimpa anak kita ya mak? Tapi org tua yang baik emang harus begitu, lgsg bangkit mencari solusi terbaik bagi anandanya. Salut dgmu Mak, yg lgsg googling for alternative action selain pemakaian kaca mata pd Riva.

    Tips mu untuk Riva juga sgt bermanfaat bagi anak2 dan teman2 lain yg bermata minus lho. Trims for share mak! Met pagi, salam kenal. :)

    BalasHapus
  4. Thks all 4 support mak2 caem n smart, wah saya jadi tersupport n beban regretful agak berkurang,makasi juga atas ucapan ultahnya...**sampe mata berkaca** mbak @Emmy, ya mbak @Lusi, aku byk memetik pelaajaran dari kecerobohan yang terjadi :(, seneng juga tips sederhana bisa jadi berguna utk yg lainnya ya mb @Alaika, patut disyukuri dong mb @Hana, sulungnya msh sedikit minusnya. Hayoooo tetap smngaaat smua :)

    BalasHapus
  5. Malah tambah ganteng pake kacamata lho....

    BalasHapus
  6. hehehe...ntar nyaingin om @Darto IS iyalayawww :D

    BalasHapus
  7. semoga minusnya berkurang ya mbak..

    kl tv di rumah sy juga akhirnya posisinya lebih tinggi, krn kalo sejajar anak sy yg paling besar pengennya nonton deket2 terus..

    Komputer coba di jauhin lagi jarak monitornya. Cuma memang masih susa utk ngurangin jata main komputer, walopun skrg mulai suka bersepeda..

    BalasHapus
  8. terimakasih sudah mau support n berbagi cerita ya mbak Myra, bisa menambah wawasan sebagai mak2.Hehehe.

    BalasHapus
  9. Kalau saya, pertama kali tau mata minus pas kelas 1 SMA, minus 1,5. Rasanya juga ini terlambat :(

    BalasHapus
  10. Bu, Mau nanya gmn perkembangan minusnya riva? Apa berkurang? Trims

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan berkomentar, insyaalah saya akan berkunjung balik. Sukses selalu :)