7 Agu 2013

[Dear Son] You Are My Miracle I

Wah, hari ini mungkin menjadi momen istimewa dalam blog Omahantik untuk menceritakan sisi kehidupan permata hati, karena dalam waktu bersamaan bisa menerima estafet dari kelompok #KEB, Komunitas Emak-Emak Blogger, terutama dari tangan Mak Tuning Rahayu.
Terima kasih pada MakPuh Indah Julianti sebagai penggagas semangat kebersamaan dalam menuliskan tema Blog tentang #Dear Son maupun #Dear Daughter :).
Langsung saja, yaaa... sharing ceritanya. Semoga bisa mendatangkan manfaat di balik postingan #DEAR SON.
Ternyata tidak mudah yaa, menjalani fungsi sebagai CALON IBU, terutama dalam pengalaman mempersiapkan kelahiran anak pertama.

Terus terang banyak sekali kendala, mulai dari minimnya pengetahuan serta kurang terampil menjaga kondisi kehamilan. Begitulah yang saya alami ketika diberi amanah Allah setelah masa tiga bulan dari pernikahan kami. 

Sebelumnya emang saya merasa tulang belulang ini mau copot rasanya. Sekujur badan bergemetar kedinginanan. Kepala menjadi pusing tujuh keliling. Gejala awal yang sama sekali tidak saya sadari jika sedang berbadan dua. Baru setelah suami mengingatkan, saya periksa dengan tes pack yang sudah dibelikan.

Alhamdullilah, langsung terlihat STRIP bergaris dua. Jelas sekali, itu artinya memang POSITIF. Alias saya mengandung. Memastikan keadaan tersebut sayapergi ke klinik bidan terdekat, memang benar adanya. Tambah gmbira deh, mendengar berita ini.

Saya mungkin dulu terlalu manja ya, jadi waktu berjauhan dengan keluarga saya sendiri merasa nestapa banget, kalo istilahnya sekarang GALAU level dewa, begitulah... Hehehe. Disini saya memang masih tinggal di rumah kontrakan, meski dekat dengan mertua tetap saja merasa segan plus sungkan.
Tetap bagaimanapun,  saya merasa nyaman di lingkungan kerabat kandung sendiri. Hikkkks. 
Tapi ada yang membuat saya selalu merasa IN PAIN. Yaaa itu saya merasa mengalami sakit di sekitar perut dan serasa seperti orang yang masuk angin saja. Entah kenapa yaaa, mulai dari umur kehamilan menginjak tiga bulan saja sudah merasa tidak nyaman, serba sakit terus. Banyak teman serta orang terdekat menyarankan ke rumah sakit saja. Tetapi saya jadi ketakutan sendiri, mana biayanya pasti mahal sekali.

Menginjak usia kandungan ke-delapan bulan, saya merasa kekuatiran yang luar biasa. Pasalnya, saya tidak bisa merasakan tendangan-tendangan si janin. Kontan saja, saya periksa ke dokter kandungan akhirnya. Bu dokter yang ramah dan baik hati, menentramkan pikiran dan hati saya. Kata beliau, tidak ada masalah serius karena si janin semakin besar dan ruang lingkupnya sempit. Hehehe. Syukur deh, batin saya melonjak senang.

Untuk menguatkan keyakinan, selepas dari Semarang, saya dan suami kembali periksa ke dokter kandungan di kota yang kami tinggali selama ini. Ternyata perkiraan dokter yang di Kudus juga sama halnya dengan bu Dokter sebelumnya. Alhamdullilah juga, dokter sudah bisa memprediksi jabang bayi dalam perut yang ternyata adalah laki-laki. Wow, suami begitu sumringah banget bakal mendapat jajoan cilik.

Namun, rasa was-was kembali menghampiri juga, manakala menjelang hari H, tiba-tiba saya dirujuk oleh Bidan ke rumah sakit. Saya menjadi takut. Sang bidan tidak berani ambil resiko, menangani pasien yang hamil pertamakalinya, ditambah saya mengalami edema. Pembengkakan di sekujur kaki. Bayangkan dari ukuran sepatu nomor 38, saya terpaksa memakai sandal jumbo milik ipar yang berukuran 42. Daripada harus bertelanjang kaki, atau tersiksa kesempitan, okeylah kalo begitu.

Pemeriksaan rutin terakhir di rumah sakit itulah awal saya divonis untuk melahirkan saat itu juga. Terlebih setelah dokter menyatakan bahwa air ketuban saya telah habis. WHAT ! Saya sempat bingung, tidak tahu kapan hal itu terjadinya.

Jumat, 20 Februari 2004 saya sudah masuk ruang persalinan pukul 14.00 WIB. Hiii  saya merasa sendirian, karena suami di larang ikut masuk. Apalagi sudah mengalami pembukaan satu. Sakiiitnya luar biasa. Untung saja ada kerabat keluarga yang bekerja di rumah sakit sehingga beliau dengan rutin bisa menjenguk saya kapan pun. Sedikit meredakan ketegangan syaraf. 

Anehnya, saya dalam ruang khusus persalinan itu bisa menghitung menit demi menit. Seakan waktu berlalu begitu lambaaaat sekali. Saya sudah tidak sabaaaar nih, melihat jagoan keluar. Namun detik-detik menegangkan yang ditunggu-tunggu belum kunjung tiba. Malahan dokter yang memeriksa menyarankan saya diberi infus. (waaaah, baru tahu ternyata itu adalah obat perangsang kontraksi-yang sakit duileee banget).
Pemberian slang infus itu seakan membuat saya seperti main di roller coaster. Sedikit-dikit sakit beserta rombongan nyeri di area perut menyerbu, setelah itu menghilang. Eeeh, tak lama kemudian datang lagi. Saya pun jadi keringat dingin, macam orang mules mau ke kamar mandi. Perut kram melilit-lilit seperti kena maag dan PMS. Pokoknya, kalo dilukiskan kondisi yang terjadi adalah GADO-GADO. Hahahhaa

Sabtu, 21 Februari 2004 pagi dokter yang menangani proses persalinan saya datang memeriksa. Saya malah ktakutan sekali. Sempat mendengar percakapan dokter dengan suster dan bidan yang ada, mengakui ada sesuatu yang lain daripada yang lain. Apakah itu semacam tulang lunak atau apa???
Hikkks hikkss...saya menjadi menangis bingung. Jangan-jangan nantinya.... ???? Huuuuuuuuuuu saya menangis panjang. Untung ada perawat di sebelah ranjang yang menghibur.

"Tenang yaa, bu.... sabaar. Sebentar lagi ibu akan bahagia kelahiran bayinya,"ucap suster meyakinkan.
" Suster... apakah anak saya nanti lahir tidak normal,ya ?" tanya saya spontan dan menjurus.
Perawat itu tersenyum dan membelai punggung tangan saya. 
"Sudah bu tidak usah terlalu dipikirkan,ya. Serahkan saja sama yang kuasa di Atas," ucap perawat secara bijak.

Sorenya, saya meminta melahirkan dengan cara vakuum saja. Karena saya merasa sudah merasa lemas, meringiik-ringik menangis sepanjang hari membuat saya menganggap jalan lahir dengan vakum akan terasa mudah.
Owalaah ternyata oh ternyata, pemakaian dengan vakum tidak semudah seperti yang saya bayangkan. Apalagi kalo salah mengejan, dokternya sempat protes.. saya pun diultimatum jika sampai melakukan 3 kali kesalahan berarti saya harus SECTIO.

Pada akhirnya, dokter memutuskan saya sectio atau operasi caesar. Sementara itu hasil dari proses vakum tadi ternyata mengeluarkan sekepal daging dan saya tidak menyadari sebelumnya. Itulah adalah "daging" janin yang tidak tumbuh dan sudah ada dalam perut berbulan-bulan namanya.

Tepat adzan magrib berkumandang, lahirlah dengan selamat ananda tercinta Riva Arga Kussundoro. Jagoan tercinta dengan BB 3.3 gram dan PB 50 cm, membuat sumringah seluruh keluarga besar yang telah menanti dengan dheg-dhegan semenjak hari Jumat yang lalu.

Pertumbuhan PERMATAku dari waktu ke waktu
Semua anugerah Allah SWT ini patut disyukuri sepenuhnya oleh kami sekeluarga. Untung saja Allah masih berbaik hati memberikan kesempatan kami menerima amanahnya, yakni mengasuh seorang anak. Jikalau, Allah berkehendak lain, pastilah Riva putra kami tercinta ini akan mengalami keadaan yang sama dengan kembarannya.

Yaaa, itulah keajaibannya. Menurut keterangan dokter setelah saya melahirkan, sebenarnya saya hamil janin kembar. Namun sayangnya, satu janin tidak bisa berkembang. Itulah makanya yang membuat saya senantiasa merasa mengalami nyeri dan kesakitan.
Sungguh kuasa Allah Maha Luar Biasa. Saya merasa Allah trus melindungi keluarga saya ini dari segala marabahaya, termasuk bayi dalam perut selama ini.

Ananda, Riva... semoga kelak jika kau dewasa bisa melihat bagaimana perjuangan ibundamu ini dalam mendekap sosokmu tersayang. Jadilah anak yang sholeh, berbudi pekerti yang luhur, menjadi kebanggaan semua orang, berprestasi dan bisa mengangkat harkat martabat keluarga, bangsa dan negara...

Saya harap juga semoga para pembaca bisa memetik hikmah dari pengalaman postingan You Are My Miracle I, jika memang diberikan pengalaman mengandung anak  yang pertama kali, seyogyanya lebih baik diperiksakan ke dokter kandungan terlebih dahulu. Agar bisa mengetahui kesehatan dan kondisi yang baik baik janin dan ibu. Jika memang berjalan baik dan wajar, baru bisa ditindaklanjuti ke Bidan.

10 komentar:

  1. inget waktu lahiran dulu, jadi ngilu mak :D
    tapi rasa sakitnya gak sebanding begitu liat si kecil nongol yah mak.. smoga Riva jd anak saleh mak *peluk buat riva*

    BalasHapus
  2. aku td bca dr dear daugter dl mba he he,,yg ini jg gak kalah "wow" ya Allah mba,,gak kebayang ya wktu itu,,tp alhamdulillah udah besar riva nya skrg he he,,dua2nya (riva & cielo) punya pngalaman yg amazing pas dilahirkan,,o ya aku jg dl bengkak kakinya mba,,sblm dn ssudah lairan malah,,tp alhamdulillah lairnya normal,,

    BalasHapus
  3. Sama seperti adik kandungku, mbak. Dia juga sebenarnya hamil janin kembar dan salah satu janinnya tidak berkembang... dan itu juga baru diketahui beberapa saat sebelum melahirkan. Syukurlah Riva lahir sehat dan selamat ya mbak...

    BalasHapus
  4. Sebuah perjuangan yang luar biasa dari seorang ibu saat mengandung hingga melahirkan. Namun itu adalah sebuah proses yang harus dijalani oleh setiap wanita bila ingin dipanggil ibu oleh anaknya.....jadi ikutan ngilu mbak merasakan hal yang sama saat hamil dulu, hiks. Tapi memang kuasa Allah kadang tak bisa dinalar oleh akal manusia. Itulah kehendak Allah, dan syukur itu memang hrs kita panjatkan manakala sebuah mukjizat menghampiri kehidupan kita.....dan alhamdulillah Riva lahir dengan sehat, pastinya sebuah anugerah yang terindah.......salam sayang buat mas Riva ya mbaaaaak

    BalasHapus
  5. betul maaak....apapun prosesnya, semua memang melalui perjuangan seorang Ibu..saya sendiri 2-2nya alhamdulillah normal...waktu Bo, bener2 tanpa intervensi, maklum masih polos belum tau ini itu jadi pasrah aja hehehe...saat melahirkan Obi, putriku, okter di Swiss malah menawarkan epidural...dan di situ saya merasakan melahirkan normal bisa mengedan sambil senyum dan bahkan ngantuk hehehe...Yah, pasrah dan tawakal kpada Yang Kuasa memang langkah paling mujarab...alhamdulillah semuanya lancar dan Riva sudah menjadi keajaiban buat semuaaa...cheers...

    BalasHapus
  6. gak n gerti nih, jadi ikut nyimak aja, hehehe
    ditunggu ku8njungannya

    BalasHapus
  7. Jadi terharu ingat pengorbanan dan perjuangan Almarhumah Umi ketika membesarkan ku.... T_T

    *SaHaTaGo [Salam Hangat Tanpa Gosong] Pojok Bumi Kalibayem...

    BalasHapus
  8. Makane ngeblog trus.. perpanjang domainnya.. Agar jika misal besar si Riva bandel nakal, sampean enggak perlu omelin.. Cukup sodorin artikel ini hihihi

    BalasHapus
  9. Saya juga lahirannya dipancing pake perangsang kontraksi gitu mak, wah beneran ya sakit banget..katanya sih sakitnya lebih hebat dibanding yang alami tanpa perangsang kontraksi (induksi) :( Tapi begitu anak kita lahir , kita bahagia bgt ya mak.. terbayar sudah semua rasa sakit yang luar biasa itu..

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan berkomentar, insyaalah saya akan berkunjung balik. Sukses selalu :)