27 Nov 2015

Tidak Selalu Periksa Dengan BPJS Kurang Menyenangkan

Tidak selalu periksa dengan BPJS kurang menyenangkan menjadi pengalaman baru bagi saya yang baru pertama kali ini mengurus perlengkapan detail dari awal. Boleh percaya atau tidak ternyata "bayangan was-was" selama ini yang konon kata orang jika berobat atau melakukan pemeriksaan dengan BPJS akan mendapat perlakuan yang kurang sreg.

Adanya diskriminasi sikap para staff medis yang kadangkala bikin pasien gundah berobat memakai fasilitas BPJS. Padahal, toh sebenarnya memakai BPJS itu notabene sudah membayar juga, Tetapi praktek di lapangan ternyata acap mendapat perlakuan yang berbeda daripada pasien umum.

Namanya pasien, sudah merasa kondisi kurang sehat masih ditambah dengan perlakuan sikap yang kadang dianggap kurang pada tempatnya. Saya ambilkan contoh pengalaman mama saya yang opname akibat mengalami patah tulang paha atas yang cukup parah. Lantaran beliau memaksakan diri memakai celana panjang ketat.  

Pensiunan dari PNS ini memang dirujuk dengan BPJS, sayangnya penanganan untuk mendapatkan obat pereda nyeri yang ampuh tidak bisa begitu saja diperoleh. (mungkin kadar dosis yang digunakan khusus pasien BPJS, just low dosis ). Akhirnya, diputuskan langsung mama mantap memakai satu kelas diatas fasilitas BPJS. Konsekuensinya, berarti memang mengeluarkan biaya tambahan karena adanya pilihan yang khusus dari rujukan BPJS sebenarnya.

Setelah itu, penanganan medis yang dilakukan sangat cepat dan lancar. Mama yang ditempatkan di kelas pertama langsung bisa mendapat obat penyeri reda seketika, yang mana sebelumnya agak ribet dan berkesan maaf dipersulit *mungkin juga terlanjur emosi sudah menahan sakit luar biasa tidak berujung masih sulit memperoleh tindakan tepat. Balada pasien di rumah sakit. Hehehe.

Tanggapan lainnya, yang bernada miring  tentang fasilitas BPJS masih juga dialami. Seperti rekan blogger yang kebetulan sedang mengandung, merasa kurang comfortable mendapati sikap staff medis yang jutek habis, tidak bersikap ramah sebagaimana mestinya  appreciate the public, bahkan tidak komunikatif sama sekali. Kalau saya sudah lempar dua sandal jepit dah *meradang emosi tingkat dewa :D

Namun stigma negatif yang sudah membayang di memori langsung terhapus seketika saat saya yang sok penasaran ini ikutan memakai kontrol dengan BPJS. Jadi dalam sehari itu saya fokuskan membuat kartu peserta BPJS yang lama hilang disambung dengan mencari rujukan dokter keluarga dan akhirnya bisa memperoleh akses kemudahan periksa dengan BPJS.

Postingan dalam omahantik ini sengaja hanya menceritakan pengalaman detail bagaimana prosedur mencari rujukan dokter keluarga sampai kemudian berlanjut pada pemeriksaan dokter obgyn. Sementara yang proses pembuatan kartu BPJS yang pernah hilang rimbanya entah kemana akan saya share pada postingan selanjutnya. Deal yaaa gaes tersayang :)

Hari dimana saya memulai berkutat menelusuri proses supaya mendapat rujukan BPJS menjadi awal perjuangan yang panjang dan melelahkan. Bagaimana tidak baru ini lhooo...saya bisa merasakan sensasinya. Menurut info valid yang saya dengar untuk bisa memakai BPJS ini yang dipakai periksa kandungan, setidaknya saya harus melalui prosedur yang berliku dan lumayan njelimet.

Seperti halnya saya harus mendatangi dokter keluarga yang notabene dari kantor suami adalah dokter Anwar yang dinas di Kimia Farma. Setelah di data dengan riwayat pregnancy yang pernah ada diantaranya pengalaman abortus atau keguguran, metode persalinan via secio  atau ada kelainan lain seperti saya dengan panggul sempit yang mau tidak mau selalu persalinan dengan operasi sesar. Karena itu penting pula ditanyakan rujukan dokter obgyn yang dipilih di Rumah sakit bersalin yang dituju. Sebagaimana riwayat kehamilan sebelumnya saya selalu ditangani dokter obgyn Nurulhuda yang dinas di RS Siti Aisyah, Kudus. Barulah saya mendapat salinan surat rujukan dengan adanya cop header kecil berlogo BPJS.

Tidak lupa sesuai aturan yang diterapkan untuk para pengguna BJS saat berobat atau memeriksakan diri setidaknya sudah melengkapi berkas penting yang ditentukan. Seperti salinan rangkap tiga pada Kartu Tanda Penduduk (KTP), kartu peserta BPJS, maupun surat rujukan yang telah dibuat tadi. Dengan syarat kelengkapan berkas ini barulah bisa saya gunakan periksa ke rumah sakit pada sore harinya *saya lebih sreg periksa sore-malam yang kondisi cuacanya lumayan bersahabat, kalau siang hari beeeeuh bikin senewen. Hahahha.

Alhamdullilah, saat dibawa berobat pada RS. Siti Aisyah saya tidak mendapati perlakuan yang neko-neko atau dikatakan bisa menurunkan harga maupun martabat diri membuat saya baper  alias terbawa perasaan diri. Apa kebetulan disitu rumahsakitnya memang menyediakan pelayanan BPJS dan banyak pasien berobat dengan fasilitas tersebut ??? Entahlah, yang penting saya tetap merasa nyaman dan tidak mendapati diskriminasi sikap yang macam-macam. So ini realitanya tidak selalu periksa dengan BPJS kurang menyenangkan.

Bahkan perawat yang membantu periksa saya dengan ramah menyapa dan membantu saya naik turun dari ranjang pemeriksaan. *Wadalaah ranjangnya lumayan tinggi, sementara saya kuntet alias kurang tinggi semampai. Hahahha. Sang dokter juga selalu ramah dan memasang senyum manakala saya mengeluarkan unek-unek takut menghadapi secio yang keempat kali *Hadeeew, kapan-kapan saya share nih tentang cerita ini ya :P

Terakhir sebagai pengingat untuk kembali melakukan pemeriksaan, saya minta surat kontrol dari dokter Huda agar bisa menggunakan fasilitas BPJS hingga maksimal 4 kali. Wah, kan lumayan saya hitung-hitung bisa menghemat demi membantu persiapan budget si kecil nanti. (Selama ini jika saya periksa umum pada jaman anak kedua saya 4 tahun yang lalu, rata-rata sekali periksa ke obgyn setidaknya prepare 300 ribuan.)

Alhamdullilh akhirnya kelar juga aktifitas super padat di hari Jumat Berkah yang ujung-ujungnya saya bisa memaksimalkan pelayanan baik dengan menggunakan BPJS. Jadi jangan kuatir, tidak selalu periksa dengan BPJS kurang menyenangkan itu menjadi momok menakutkan.

Keep Happy Blogging :)

17 komentar:

  1. Benar tuh, kalo gk dikasih tahu kaya gini selamanya orang-orang yg pakai BPJS selalu dihantui dengan isu yang tidak benar semacam itu. Mungkin ada beberapa yang benar seperti yang dikatakan banyak orang, tapi tidak semuanya :D
    Makasih udah share :D

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah keluarga saya juga pake BPJS nyaman nyaman aja mba...orang - orang kok banyak yang komplain..dulu mama sempet sakit harus di opname naik ke kelas vip karena kelas satu penuh ternyata invoice cuman nambah 650 perak jadinya gratis..
    saya sendiri operasi caesar Alhamdulillah nyaman aja dan cuman bayar imunisasi bayi..tapi memang untuk dokter awalnya bukan BPJS tapi kebetulan dinas beliau bisa buat BPJS (ribet ya..)aku ceritain di blog aja dech hehehe

    BalasHapus
  3. Waah saya belum pernah coba pakai BPJS ini Mbak.Tapi kata tetangga saya yang sebentar lagi melahirkan cesar dan selalu kontrol pakai BPJS pelayanannya enak dan mudah kok. Sebentar lagi juga dia lahiran cesar pakai BPJS katanya.

    BalasHapus
  4. sering banget mendengar kisah yang kurang menegakkan dari pengguna BPJS ini mbak, tapi mendengar cerita mbak yang ini rasanya lega banget, ternyata tidak selalu periksa dengan BPJS itu kurang menyenangkan :)

    BalasHapus
  5. bener mbak, sodara saya jg servisnya bagus koq..
    kayaknya emang tergantung RS atau personal dokternya masing2..
    semoga aja makin diperbaiki sevis dan kualitasnya

    BalasHapus
  6. sebetulnya tergantung rumah sakitnya. bukan bpjsnya. rumah sakit yg sudah membina stafnya dg SOP untuk melayani dg baik. Aku juag selalu ke RS langgananku krn memang di sini pelayanan bagus walau kita pakai bpjs

    BalasHapus
  7. Fenny belum pernah ada pengalaman pakai BPJS, miris ya kalau rumor yang berkembang malah negatif

    BalasHapus
  8. selama ini saya juga masih nyaman saja pakai bpjs mbak
    mungkin dibawa mood juga kali ya mbak hehe

    BalasHapus
  9. Aku tiap bulan pakai BPJS buat kontrol rutin si sulung. Ntar deh aku tulis komplit, agar makin banyak yang berani menggunakan asuransi ini, kita kan bayar ya, masa sih takut pakainya.

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah, saya belum pernah menggunakan kartu BPJS mbak...

    * sering dengar juga BPJS serem gitu, katanya kalau mau mudah harus 'naik kelas' dan selisihnya pasien bayar sendiri...ternyata itu salah ya mbak... :)

    BalasHapus
  11. semoga pelayanan semua RS yang menyediakan fasilitas BPJS memudahkan pasien-pasien BPJS ya, kadang suka ada yang bilang dilempar-lempar.

    BalasHapus
  12. aku belum punya bpjs nih, nanti mau coba buat deh

    BalasHapus
  13. Beneerrrr... saya juga periksa pake bpjs lancar2 kok
    Asal emang prosedurnya benner mba

    BalasHapus
  14. Sampai sekarang saya belum ngurus juga pembuatan kartu bpjs. Hiks..
    Bikin KTP Mataram aja baru kelar kemarin-kemarin ini...heheheh

    BalasHapus
  15. belum bikin mbaa..soalnya kebayang ribetnya, mesti ke faskes 1 dulu, bla bla bla..

    BalasHapus
  16. aku baru sekali mbak nyobain jadi gak ada pembanding

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan berkomentar, insyaalah saya akan berkunjung balik. Sukses selalu :)