24 Jul 2015

Tradisi Kupatan Yang Tidak Lekang Akan Waktu

Dokpri : Tradisi Kupatan -Kudus
Masih merasakan sisa-sisa euforia setelah beberapa hari ini merayakan Hari Lebaran, bukan ? Belum lagi, ada sejumlah orang belum mudik balik ke tempatnya untuk bekerja.
Seperti halnya di kota kecil yang saya tinggal ini, sebagian besar (malahan) masyarakat yang ada di perumahaMuria Indah wilayah ujung timur Kudus ini masih sepi.
Maklum, di perumahan ini banyak orang perantauan dari berbagai luar kota, yang memang berkarya dan berdomisili di Kudus.

Kudus diceritakan secara ringkas merupakan salah satu kota kecil di Jawa Tengah yang menggiatkan pada bidang industri seperti rokok. Tidak jarang pula Kudus disebut sebagai kota Kretek di Indonesia, mengingat banyak segala pabrik-pabrik lokal yang memproduksi rokok dari yang memiliki big branded hingga yang bercita rasa lokal.

Selain itu., Kudus juga mendapat label sebagai kota santri, lantaran banyak daerahnya yang menawarkan tempat religi untuk dikunjungi para penziarah di pelbagai kota. Yang paling ramai dituju oleh sejumlah penziarah adalah makam Sunan Kudus.

Tidak ketinggalan juga beberapa kuliner khas Kudus, yang menggoda selera untuk disantap bersama-sama seperti Jenang Kudus, makanan khas Lentog maupun nasi Tahu. 
Itu sebagian pengamatan saya yang sudah hijrah lama di kota yang berjarak tempuh 60 menit jika saya tempuh dari Kudus-Semarang atau sebaliknya (asal tidak terkendala oleh macet lalin, ya...hehehe).

Namun ada sisi yang menarik juga setiap tahunnya ketika hari Lebaran. Mau tahu nggak ??? Coba tebak..hahaha.
Ada tradisi Kupatan yang terus dirayakan sepekan setelah hari Idul Fitri. Jadi bisa dikatakan puncaknya kemeriahan dan keramaian bulan Syawalan yang akan berakhir di bulan Syawal ini.
Dokpri : Berbagai hidangan pada tradisi Kupatan
Tahun ini tradisi kupatan masih dirayakan secara meriah dan gembira bersama keluarga saya tercinta. Banyak sanak saudara datang berkumpul, baik dari kota Salatiga-Semarang yang memang khusus menyempatkan bersilahturahmi dan merayakan bersama di Kudus.
Apalagi menu kupatan yang umumnya terdiri dari kupat lontong, sambal goreng kentang, opor ayam dan dilengkapi dengan beberapa sayuran seperti urap dan pecel terasa berpadu pas di lidah. Jadinya bikin ketagihan nambah, nambah dan terus nambah, Hehehe

Ada satu lagi, nih yang berbeda dari kebanyakan di kota lainnya. Teri Tempong racikan masakan ibu mertua yang asli bikin sendiri dipadu padan dengan bumbu bahan dasar lainnya (ada terasi udang asli Juwana, bumbu pecel dan lain lain) emang terasa nikmat luar biasa. Malahan banyak saudara yang meminta resep dan membungkus keripik teri tempong yang memang krunchi, gurih plus pedas yang terasa nikmat sekali.


Teri Tempong Goreng Ala Kudus
 

Dokpri : Dari setoples penuh tinggal beberapa yang tersisa hehehe
Teri tempong ini sebenarnya gereh atau ikan asin mini yang banyak dijual per-ons di pasar tradisional. Kalau saya sih seringnya beli yang udah plastikan. Lumayan murah sekitar dua ribu perak per bungkus plastik. Oke berikut ini saya share sedikit tentang resep teri tempong yang jadi pelengkap menu di tradisi Kupatan yang fungsinya sebagai pengganti kerupuk.


Resep Teri Tempong
Bahan :
  • tepung beras 1/4 kg
  • teri tempong 2 bungkus
  • 3 siung bawang putih dan 5 bawang merah, iris tipis-tipis
  • 5-7 cabe rawit (kalau mau pedas sekali tinggal ditambah) dipotong kecil-kecil
  • garam dan penambah rasa
  • sedikit air matang
  • minyak goreng secukupnya
Cara Membuat
  1.  cuci bersih terlebih dulu ikan teri tempong, dan tiriskan (cicipi dulu, teri tempongnya tawar atau asin) sehingga nanti bisa diukur kadar garamnya
  2. campurkan tepung beras dengan teri, dan bumbu iris lainnya taburi dengan garam serta penambah rasa secukupnya.
  3. aduk-aduk sehingga tercampur rata semua bumbu dan teri tempong tadi.
  4. beri sedikit air air untuk bikin adonan teri tempong kalis
  5. setelah itu tinggal di goreng di wajan yang telah disiapkan minyak 
  6. Goreng hingga berwarna kuning keemasan, angkat dan tiriskan sebentar
  7. Sajikan dalam toples cantik agar tidak mudah mlempem, tunggu teri tempong hingga benar-benar dingin.
Nikmat syukur yang tiada tara. Berharap masih diberi kesempatan tahun depan merayakan tradisi kupatan lagi bersama keluarga tercinta. Pokoknya tradisi kupatan yang terus ada dari waktu ke waktu yang memang tidak tedapat di kota yang lain.

Keep Happy Blogging


11 komentar:

  1. Apalagi dikasi kuah opor, rendang, sambal goreng kentang dan sayur cabai hijau uh nikmat tiada tara =p~

    Salam Blogmate Indonesia

    BalasHapus
  2. KAlau di Siak pas lebaran ada makan2 ketupatnya,,tapi kalo di Jombang pas hari raya kupat atau hari ke 7..seru^^
    teri tempong??baru denger namaya^^

    BalasHapus
  3. Sering denger tradisi kupatan ...tapi belum pernah ngejalaninnya. Makan-makan enak lagi ya...?

    BalasHapus
  4. Wah, teri tempong itu enaknya dimakan bareng nasi anget plus sambel bawang. Klo sama kupat kurang nendang, hahaha. :D

    BalasHapus
  5. Maaf lahir batin, Mak.

    Menggiurkan bgt Itu terinya

    BalasHapus
  6. Tradisi di Lombok juga seperti itu mbak, lebaran topat namanya :)
    Untuk kemeriahannya, lebaran topat justru seringkali lebih meriah dibanding lebaran pada umumnya (hari raya idul fitri).

    Salam hangat dari Lombok ya mbak..

    BalasHapus
  7. Lho mbak njenengan saking kudus too. Kapan-kapan kalau blogger pati mengadakan kopdar, ikut mbak. Kita sharing pengalaman seputar ngeblog.

    BalasHapus
  8. Wah ngiler lihat terinya, ternyata di kudus sama dengan surabaya tradisi kupatannya seminggu setelah hari raya

    BalasHapus
  9. Wah keren nih mbak resepnya cocok sama ketupat boleh nih dicoba buat dirumah..

    BalasHapus
  10. Mama mertuanya pinter masak, asyik yah mak tanti. Teri tempongnya keliatan gurih dan renyah :)

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan berkomentar, insyaalah saya akan berkunjung balik. Sukses selalu :)