19 Agu 2015

Rumahku Adalah Istanaku

Dokpri : Perum Muria Indah-Kudus
Menurut kebanyakan orang, pemeo rumahku adalah istanaku, menjurus pada kebenaran. Benarkah demikian ???
Terus terang, saya pribadi setuju banget dengan slogan tersebut. Meski (kemungkinan) rumah yang dihuni cuma sederhana-masih standar saja. Atau bahkan rumah masih dalam proses mengangsur alias rumah kreditan. Tetep okaylah :)

Untuk pertama kalinya, saya dan suami tercinta hanya bisa sembah sujud syukur tiada terkira .

Mengingat kemampuan membeli rumah pada waktu itu diibaratkan seperti membeli barang mewah yang bisa-bisa tidak mungkin terbeli karena harganya selangit.

bisa dikatakan demikian mengingat betapa repotnya mencari hunian baru yang nyaman,aman dan lumayan terjangkau daya jualnya. (Kebetulan saya membeli rumah KPR via BTN pada tahun 2005)

Membeli rumah pada masa kini terbilang gampang-gampang susah. Bagaimana tidak harganya tiap tahun pasti melambung- namun kondisi fisik rumahnya just-average (biasa-biasa saja).


Seperti teman saya sekampus yang kebetulan juga berdomisili di Kudus,sama-sama beli rumah tipe yang sama (tipe-36)  dengan sistem KPR saja bisa diperoleh seharga 38 juta saja. Sementara saya dan suami pada waktu itu mendapat harga 55 juta saja (ketambahan dengan harga ekslusif, lantaran lokasi berada  di depan public/lapangan luas) setahun kemudian. Perhatikan harga yang terpaut, lumayan gede,kan ?

Credit : Salah satu contoh rumah di Komplek Perumahan Muria Indah, Kudus

Begitulah kondisi memperjuangkan rumah idaman. Ekstra mental yang kuat, sabar dan penuh ikhtiar positif. Meskipun kendala terasa berat menghadang, pantang berputus asa (hehehe, mbayangin uang lima puluh ribu aja belum tentu tiap hari bisa pegang, apalagi yang sampai 6 digit. Alamak … )

Don’t worry, berpegang pada prinsip-kata motivasi dari Norman Vincet Peale, “Anda Pasti Bisa bila Anda Pikir Bisa”, saya berusaha menyingkirkan segala negative thinking. Intinya saya mencoba selalu berpikir positif agar semua harapan yang saya kejar bisa direalisasikan dengan mudah satu persatu. Tidak ada yang mustahil, bukan ? Jika manusia sendiri berusaha keras mewujudkan (tentunya dengan doa yang tidak terputus-agar mudah diijabahi).

Beberapa upaya yang saya dan suami lakukan dalam mewujudkan beli rumah impian
  • Berusaha mencari info ke sana kemari “property” bonafide dalam jual-beli rumah, yang sekiranya cocok dengan pilihan keluarga kecil kami
  • Sambil blusukan, melihat properti rumah yang ada di wilayah strategis (bisa diakses di sejumlah tempat seperti dekat pasar, sekolah maupun mudah diakses ke kantor) usahakan untuk mulai menabung dana.
  • Diskusikan dengan keluarga, memilih sistem beli rumah yang meringankan, apakah dengan beli cash atau kredit rumah.
  • Gali informasi dari teman atau kerabat tentang sisi kelebihan dan kekurangan properti hunian yang telah digunakan. Semisal reklame hunian yang ada menawarkan fasilitas menarik, tetapi tidak tahunya lokasi huniannya rawan banjir. Nah, lhoo.. check cross terlebih dulu jika tidak mau menyesal di kemudian hari.
  • Terakhir nih, saya sudah lama membangun mimpi (apapun harapan untuk memiliki sesuatu) dengan mengaktualisasikan via “Dreams Book”. Konon jika memiliki suatu harapan, divisualisasikan dalam buku…insyallah harapan itu akan terwujud nantinya. Percaya tidak ??? Hehehehe absolutely saya percaya banget.
Jika masih jauh dari pengharapan (maksutnya belum kesampaian untuk menjangkau impian tersebut) yaa jangan patah arang. Selagi masih ada semangat dan kekuatan bekerja, percaya saja sama rejeki Tuhan bakalan membantu tanpa terduga. Kalau gak percaya, nih silakan meresapi pengalaman saya  Seperti Menemukan Jodoh Sehati.
DOkpri : Dreams Book TentangRumah Impian
 Mungkin ucapan rumah istanaku, bukanlah hal yang klise atau isapan jempol semata. Rata-rata pasutri yang telah mandiri sebaiknya memang memiliki hunian sendiri. Berangkat dari landasan hukum pada Pasal 32 UUD No.1 tahun 1974 Tentang Pernikahan Jo Pasal 78 Kompilasi Hukum Islam, bahwa memang diharuskan suami bisa mendirikan rumah untuk keluarga tercintanya.

See, pokoknya banyak keuntungan sih jika kita bisa memiliki hunian pribadi. Nih saya share beberapa pendapat dari sahabat para blogger yang sudah memiliki penuh suka duka dalam mendapatkan hunian diantaranya :
  • Bebas memiliki privasi dalam mengatur rumah tangganya tanpa intervensi pihak lain
  • Bisa mendesain ulang hunian sesuai dengan keinginan hati
  • Memiliki kesempatan merenovasi bangunan rumah yang cocok dan nyaman
  • Menunjukkan tauladan dan bukti kemandirian kita sebagai keluarga terhadap kerabat keluarga serta teman lainnya.

Dokpri : Latar Rumah Yang Belum Memakai Paving

Dokpri : Latar Rumah Yang telah dipaving

Dokpri : Bebas merenovasi rumah sesuai keinginan
 Bagaimana, siap mengikuti kiat kami dalam meraih rumah idaman yang nantinya bisa dinikmati semua anggota keluarga tercinta? Bersama menjalani kehidupan ini dalam rumahku adalah istanaku.

Keep Happy Blogging

9 komentar:

  1. Apapun kondisi rumah kita harus selalu kita perlakukan sebagai istana kita.
    www.dunia-digital.com

    BalasHapus
  2. Sekarang hrg rmh emang mkin mahal. Msh ngumpulin duit bwt beli rmh

    BalasHapus
  3. Setelah dipaving jadi kelihatan rapi...catnya juga mempengaruhi

    BalasHapus
  4. Wah thanks infonya. Aku juga lagi hunting rumah pribadi nih, biar nggak ngendon di rumahdinas terus, Hehehe :D

    BalasHapus
  5. Lebih nyaman dipaving ya, mak. Jadi keliatan luas, hehe

    BalasHapus
  6. Mudah2an cita2 saya dan suami pun segera terwujud. Ngiri liat pasutri yang uda tinggal di rumah sendiri. Hehehe

    BalasHapus
  7. pas banget nih artikelnyaa... mau cari rumah ..doakan ya mb:)

    BalasHapus
  8. aduh...baca ini jadi ngg sabar mau renov rumaaah :)

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan berkomentar, insyaalah saya akan berkunjung balik. Sukses selalu :)