Credit : Situs ahaparenting.com |
Jadikan role model baik bagi masa depan anak seyogyanya menjadi paradigma bagi para orang tua bijak, termasuk saya juga harus banyak belajar sana kemari. Inpirasi tulisan ini muncul manakala hati saya kebit-kebit tatkala secara tidak sengaja kuping saya *bak radar ini menangkap suatu momen yang tidak lazim (eh ini buat saya personal, lho).
Saat itu puteri saya ingin dibelikan cemilan di warung sekitar perumahan, biasalah namanya anak-anak meski sudah disediakan snack di rumah tetap saja ingin jajan di luar. Hanya sesekali saja saya berusaha menuruti apa kemauan anak, tapi tidak selalu menjadi kebiasaan.
Nah, pas melintas di suatu blok rumah tiba-tiba saya terperanjat kaget mendengar suara bernada keras banget. Tidak hanya itu saja sih yang bikin saya melongo bingung sang ibu itu (notabene tetangga beberapa blok belakang rumah) seperti sedang kesetanan eh maaf, tampak sangat emosional. Pakai hard action banting kotak makanan, kick out tas sekolah anak-anaknya.
Tahu tidak, apa pasalnya ???
Ternyata oh ternyata. Si anak Bu "Galak" *sebut saja begitu namanya, ya (hihihi, kode etik nih) jadi jengkel melihat putra-putranya lamban diajak berangkat sekolah. Belum lagi sikap putra sulungnya ini seperti menggoda kesal. Dengan santainya, ia malah membuka dan melahap bekal makanannya. Itu salah satu (kemungkinan) yang memicu kekesalan ibu mereka sampai ubun-ubun.
Hati kecil saya seketika langsung menjerit-njerit memprotes. Saya paling tidak suka melihat adegan kekerasan verbal terutama terhadap anak kecil. Ingin rasanya terlibat menengahi, namun saya menyadari bukan hak saya cawe-cawe istilahnya ikut campur tangan.
Tidak terasa ada setitik buliran air mata menetes, seperti merasakan luka lama masa kecil. Adegan isidentil tersebut membawa ke ingatan berpuluh tahun silam dimana saya juga pernah mengalami kekerasan fisik. Kulit kaki belakang saya pernah mengalami luka-luka lantaran kena hukuman pukulan seblak kasur oleh bapak. Memang sih orang tua jaman kecil saya umumnya disiplin, keras dan tidak suka mentolerir apapun kesalahan.
Hehehe, jadi ingat saya acap memecahkan piring, memasukan paku ke mesin ketik, bahkan menyentuh kaus lampu teplok...jadinya kena sensasi hukuman fisik. Hadeeeh, ampun deh.
Berkaca dari pengalaman-pengalaman tadi, saya membulatkan tekad untuk tidak melakukan hal yang sama dalam memberikan efek jera terhadap anak-anak. Mereka itu seperti spons yang mudah menyerap apapun dengaan mudah dan cepat. Dikuatirkan dengan apa yang mereka selama ini terima, lihat maupun mendengar bisa menjadi duplikasi yang kurang baik.
Perhatikan beberapa tingkah laku anak-anak kini yang mudah sekali terbakar emosi. Ingat, kan ada kasus anak SD di Jakarta yang tega menganiaya temannya hingga terluka parah bahkan ada yang sampai tidak tertolong. Apakah itu indikasi adanya akumulasi dari beragam pengalaman kebanyakan yang negatif yang sudah mempengaruhi sang anak hingga berubah menjadi anak yang berperangai tidak lazim. Sebut saja temperamental, suka berkata kasar *misuh-misuh tidak sopan, berani membantah orang yang lebih tua merupakan bentuk dari ketidakwajaran proses tumbuh perkembangan anak. * opini ini saya rangkum secara subyektif lho, berdasar info berita yang saya ketahui :)
Ada baiknya, mulai sekarang belajar jadikan role model baik bagi masa depan anak dilakukan dengan mudah. Saya menerapkan cara simpel sesuai workshop parenting yang pernah saya ikuti.
Nasehati dengan bahasa penuh kasih sayang
Nasehati dengan bahasa penuh kasih sayang
Kadang anak-anak masih lugu dan kurang mengerti dengan apa yang dilakukan. Untuk itu ajak anak-anak lebih mengenal tentang tindakannya. Contoh sederhana, tanpa sengaja anak memukul saudaranya, mungkin karena gemas atau merasa penasaran. Maka tindakan orang tua bisa merangkulnya lebih dekat dan beritahu bahwa antar saudara harus saling menyayangi. Tentunya nasehat sederhana tersebut lebih menenangkan ketimbang menghadik anak.
Tanamkan Rasa Empati
Sedari kecil saya berusaha untuk menanamkan rasa empati pada anak-anak. Saling menolong dan mengerti dengan saudara yang lain menjadikan anak tidak mudah iri hati. Malahan dengan belajar empati sederhana, semisal menengok teman atau saudara yang sakit bisa membuat anak berbagi dengan yang lain.
Ajarkan Anak Komunikasi Baik
Dengan melatih anak berkomunikasi baik tentunya akan memudahkan ia dalam mengekspresikan apa yang dialami. Diharapkan jangan sampai anak memendam perasaan yang bisa menimbulkan rasa emosi maupun perselisihan dengan orang lain.
Learning By Doing
Tampilkan perilaku yang bisa menjadi panutan baik anak-anak. Seperti tidak mengumbar emosi kita sesaat di depan anak. Sebaliknya tunjukkan menjadi orangtua bijak yang penuh kesabaran dan berhati-hati dalam bertutur kata. Dengan demikian anak bisa melihat kebaikan yang dimiliki orang tua.
Ajarkan Keihklasan
Memberi tauladan bersikap ikhlas dengan cara meminta maaf kalau memang melakukan kekeliruan. Tidak ada salahnya orang tua bisa bersikap demikian, mohon maaf jika telah membuat kesalahan terhaadap anak. Sehingga anak merasa dihargai dan selanjutnya akan belajar bersikap demikian jika melakukan suatu tindakan yang kurang berkenan.
Mungkin hanya beberapa hal yang bisa saya share dalam postingan ini. Sehingga langkah jadikan role model baik bagi masa depan anak bisa berjalan sesuai harapan. Bukankah anak-anak tumbuh kembang sebagai generasi penerus bangsa jadi harapan manis dalam memajukan negara ?
Pembaca dan sobat blogger sekalian, mari di share kemari dong, silakan jika ada yang menambahkan pendapat. Saya tunggu yaaaa gaes :)
Pembaca dan sobat blogger sekalian, mari di share kemari dong, silakan jika ada yang menambahkan pendapat. Saya tunggu yaaaa gaes :)
Keep Happy Blogging
TFS maak... Rajiin nih ikut seminar parenting ;)
BalasHapusHmmm...ya Allah sedang belajar terus nich mbak. Doain y jadi ortu yg sabar
BalasHapusPengalaman masa kecilku pernah dicubit ibu. Meski cuma sekali tapi mmebekas sampe dewasa. Dan langsung bertekad tidak akan melakukan kekerasan fisik dan mental sedikit pun pada anak2ku. Karena ternyata, anak2 bisa diajak ngomong pelan dari hati ke hati. Ortu jaman dulu kertas pd anak ada maksudnya ya. Sekarang nggak bakal bisa diterapkan deh, udh berubah masanya.
BalasHapusJustru dari anak kita lebih banyak belajar. Belajar lebih sabar, lebih mengerti apa yang dimau anak. Semoga kita sama-sama menjadi role model yang baik bagi anak ya mbak :))
BalasHapussemoga kita menjadi orang tua yang baik ya ^^
BalasHapusbetul ya, harus cepat bisa menahan emosi, calm down tarik nafas dalam-dalam dan mulai bicara baik-baik
BalasHapusSelalu berusaha untuk mengerem emosi ke anak2, walau gak selalu berhasil, terutama kalau sedang capek banget. Kerjaan IRT gak ada habisnya :(
BalasHapussaya mungkin selalu harus berdamai dengan diri sendiri mak, saya memiliki 2orang anak yang jaraknya belum nyampe 2 tahun. Bodohnya saya yang seakan meminta siKakak untuk menjadi lebih dewasa, untuk mengerti adiknya di usianya yang baru 2 tahun 4 bulan. Sering saya mengumbar emosi sesaat T_T T_T T_T berkali kalipun saya selalu meminta maaf ke kakak, saat perjalanan mengantar sekolah. Kurangkul dan kupeluk erat ,,,
BalasHapusJanji saya, selalu saya langgar... makanya dengan adanya tulisan2 seperti emak ini yang membuat saya terus belajar untuk menjadi oragtua yang bisa adem bila didekat anak,, Makasih mak untuk selalu mengingatkan
TFS mbak..
BalasHapussemoga saya bisa menerapkannya pada anakku karena kadang-kadang saya masih suka emosi saat melihatnya bertingkah di "luar batas"
kalo jadi orang tua, mmg harus sedia stok sabar yang banyak ya mba..
BalasHapusternyata banyak ya cara menasihati seorang anak,
BalasHapusjadi inget deh dulu jamanan saya masih kecil, mama saya kalo lagi marah suka kadang mukul
emang harus penuh kasih sayang ya dalam mengurus anak :)
BalasHapusPengalaman masa lalu memang menjadi guru yang terbaik ya Mak ....
BalasHapusSaya pun demikian, punya banyak sekali pengalaman yang buruk dengan kemarahan-kemarahan ibu yang berbuah ke verbalnya. Yah, mudah2an kita bisa berkaca dari pengalaman dan menjadi ibu yang baik, ya.
Kalau saya sih mengajarkan itu mencontohkan, seperti saya dulu ketika dilarang nonton TV pada jam tertentu, sekeluarga kompak gak ada yg nyalain TV. Ketika misalnya saya harus pulang ketika magrib, semua anggota keluarga sudah ada semua ketika magrib. Beberapa Orang tua sekarang pengennya macem2 tapi bisanya cuma merintah tanpa memberi contoh. Tadi saja ketika saya ngobrol didepan rumah, ada suara seorang Ibu "Bang ayo pulang, keluyuran mulu" dari dalam sebuah mobil, padahal Ibunya habis asyik keluyuran belanja-belanji :-D Semoga kita jadi orang tua yg jadi teladan yg baik utk anak2 kita.
BalasHapusSelalu sakit hati ini setiap kali mendengar ada orang yg melakukan kekerasan pada anak-anaknya. Luka fisik atau luka karena tajamnya kata-kata akan berakibat sama. Bekasnya akan sulit hilang. Semoga orang tua semakin sadar tanggung jawabnya dalam membesarkan anak. Memberi cinta,.kasih sayang dan melatih anak untuk mandiri lebih penting daripada teriak-teriak main tangan. :(
BalasHapusOrangtua memang harus menjadi contoh yg baik anak- anaknya Jeng.
BalasHapusSalam hangat dari Jombang
anak memang cerminan orang tua. Katanya sih begitu :)
BalasHapusSaya sama anak saya sering adu argumen neh mbak, masalah dikit aja pasti deh bertengkar dulu krn dia memang typenya defensive hehe..
BalasHapustapi alhamdulillah smpai sekarang nggak pernah ada kekerasan fisik, malah sebaliknya kalau bertengkar saya kalah mulu...
* menghadapi anak sekarang harus dengan 'halus' ya mbak ngga boleh di 'kasar' ... :)
makasih mba udah diingatkan...
BalasHapuskadang kita juga di uji kesabarannya lewat anak... semoga kita menjadi orang tua yang baik
BalasHapusMksh ya adh sharring.. Semoga kita semua bs menerapkannya dlm mendidik putra-putri kita ya Mba
BalasHapus.