14 Jan 2016

Memaknai Ketiadaan Orang Dekat Yang Lekat Dalam Hati

Memaknai ketiadaan orang dekat yang lekat dalam hati menjadi pengalaman pribadi yang tidak terlupakan. Mengalami perasaan berduka yang terjadi di awal tahun 2016. Belum genap sepekan sudah berturut-turut saya feel lonely hampa menyergap dan acap bergidik jika mereka-reka ulang kronologi yang terjadi beruntun.
Sengaja nih saya share di blog personal omahantik supaya saya juga bisa belajar mengingat akan kontrak kehidupan  yang tidak tertulis dan sewaktu-waktu bisa datang (baca : sakratul maut).

Iiih memang ngeri dan bikin merinding saja ya jika membicarakan satu topik tadi. Mengingat banyak hal kekurangan maupun ketidaksiapan tabungan amal yang belum fix  dipenuhi. Tapi patut diingat, namanya garisan takdir yang sudah ditetapkan sang Khalik yang membuat siapa saja tidak bisa menampik. *Entahlah kalau saya yang awam ini berusaha pengin semampunya do the best. Berharap kelak bisa menghadapi dalam keadaan khusnul khotimah.

Jujur saya masih belajar banyak dari kekurangan layaknya manusia biasa. Sempat shock dan kaget sekali manakala menerima kabar duka terutama dari orang yang selama ini dikenal dekat bahkan melebihi dari kadar saudara. 
Jelang masuk ajaran baru sekolah dua pekan yang lalu, salah seorang sahabat yang juga tetangga dekat saya mengalami musibah kecelakaan seusai menghadiri resepsi di Pati. Yang mengenaskan tidak hanya beliau seorang yang meninggalkan kami selama-lamanya. Mbak Nur, panggilan akrabnya juga dengan suami tercinta tidak bisa melepasan takdir "hidup semati" selamanya. Hikkks.

Selain itu, putri bungsunya Rania (6 tahun) yang turut serta juga mengalami kondisi yang urgen meski mengalami koma akibat benturan keras saat terpelanting ke areal persawahan. *pada akhirnya si jelita ini juga menyusul kedua orangtuanya, seminggu kemudian setelah mengalami perawatan di rumah sakit.
Yang paling iba juga melihat kakak sulungnya Rendy (13 tahun) yang kebetulan menunggu di rumah sembari menjaga sang nenek yang sakit. Lengkap sudah rasa penderitaan kehilangan semua orang tercinta.

Hikks mewek sambil menyusut ingus sering saya alami. Saya kalah tegar memang dibandingkan Rendy yang "terpaksa" belajar dewasa lebih dini di usianya yang belia.  Apa jadinya jika "suatu ketika" saya dihadapkan dengan kondisi demikian ? Apakah saya cukup kuat dan tegar menerima sesuatu yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Apalagi harus kehilangan orang-orang yang dicintai dalam kehidupan ini. *Duh Gusti Allah, mohon ampun atas dosa-dosa yang saya lakukan selama ini.

Memang saya pribadi yang rapuh, jika tepuruk dalam kesedihan susah untuk move-on. Salah satunya yang saya alami barusan, merasa kabar duka diatas seperti tragedi buruk. Susah banget saya menghapus cerita dan kebersamaan yang manis dengan sobat saya. Ditambah banyak kenangan yang terpatri dalam diri mbak Nur dan keluarganya.

Sepenggal percakapan tidak terlupakan
~Jelang Akhir Tahun~
mbak saya mau kalau ada lungsuran seragamnya Rendy ya...
Kebetulan anak sulung saya satu alumni *SD Muhammadiyah I Kudus dengan putranya dan sama-sama bertubuh bongsor. Jadi saya gak sungkan-sungkan lagi jika minta tolong suatu keperluan.
 Coba nanti tak cariin dulu, ngomong-ngomong apa seragamnya muat di Riva mbak... ?
Saya mengangguk mengiyakan. Syukur-syukur kalau cukup dipakai anak mbarep saya, jika tidak juga gak masalah kok. Hehehe *maaf saya kok memaksakan diri. Untung saja nih mbak Nur ini low profile banget dan super baik.

Satu hal lagi yang bikin saya nantinya, bakalan kangen dan merasa missing jika memasuki awal puasa ramadhan tahun ini. Bagaimana tidak, selama tahun sebelumnya saya pas ngabuburit jalan-jalan mencari takjil, tidak melewatkan membeli dagangan mbak Nur  yang buka persis depan halaman rumahnya.

Paling suka sama beberapa jajanan gorengan dan es buah yang selalu dibuat dan dijual mbak Nur. Bikin saya salut dengan kegigihan dan semangatnya menjalani hidup. Tanpa berkeluh kesah,  dan ikhlas  berjualan di rumah.

Mungkin yang masih berpijak di kaki bumi, harus lebih belajar bersabar, tegar dan ikhlas merelakan kepergian orang maupun sahabat baik. Toh pada akhirnya semua juga akan kembali ke asalnya. Untuk memaknai ketiadaan orang dekat yang lekat dalam hati kian mendorong saya dan yang lain mendekatkan diri pada yang Khalik. Dan yang pasti saya akan kirimkan doa Alfatihah untuknya dan keluarga yang dipanggil ke akhirat.
Kenangan terakhir alm. Mbak Nur ketika naik karnaval kereta di perumahan Muria Indah Kudus
Mbak Nur...semoga amal kebaikan dan pahalamu diterima di sisi Allah SWT dan kalian semua hidup bahagia di alam surga (praying for : Mbak Nur , Suami-dan Rania).

15 komentar:

  1. Turut berdukacita ya Mba.. semoga amal ibadah almarhumah diterima Allah SWT dan keluarga yg ditinggalkan diberi kesabaran.. amin..

    BalasHapus
  2. Semoga mbak Nur tenang disana ya mbak.

    BalasHapus
  3. Ya, Allah, kasihan si rendy ya. Trus sekarang cuma sama neneknya aja?

    BalasHapus
  4. Innalillahi semoga dek rendy bisa dikuatkan. Sungguh iba rasanya melihat langsung anak seumur itu harus belajar menjadi dewasa lebih cepat. Semoga takdir inilah yang terbaik.

    BalasHapus
  5. Innalillahi wa inna ilaihirojiuun.. Semua orang memiliki ketahanannya masing2 dlm menghadapi ujian. Semoga kita termasuk org yg sabar dan tabah ya mak.

    BalasHapus
  6. Innalillahi wa innailaihi rajiun. Ikut duka cita ya

    BalasHapus
  7. Ya ampun jadi ikut mewek mbak, titip salam duka untuk Rendy dan semoga Allah mendampingi dia selalu. Amin

    BalasHapus
  8. Innalillahi wainnailahi rojiun..
    Mgkn bagi kita agak nyeri ya. Apalagi melihat kondisi rendy. Tp bs jd ini perpisahan yg indah buat beliau dan suami. Lgsg kumpul di surga. Tanpa di kasih sakit2an dulu sbln sakaratul maut.. semoga khusnul khotimah semuanya.. insyaAllah..

    BalasHapus
  9. hati mencelos mbk baca ini,*mewek
    smoga rendy sllu dilindungi Allah srta sllu diberikan ketegaran dan ketabahan, amin

    BalasHapus
  10. Subhanallah....semoga mba nur dan keluarga husnul khatimah, dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah..

    *baca sambil mewek nih mba.. sedih banget :(

    BalasHapus
  11. Innalillahi wainnailahi radjiun. Smoga almarhum diterima disisi Allah dan anak yang ditinggalkan dberi kekuatan dan dilindungi Allah. Sedih :(

    BalasHapus
  12. aku juga kaget mbak pas denger beritanya.. semoga sekeluarga khusnul khotimah dan Rendi yg ditinggalkan diberikan kekuatan serta ketabahan yang luarr biasa.

    BalasHapus
  13. Mudah2an khusnul khotimah Mbak, trus Rendy tinggal sama siapa sekarang?

    BalasHapus
  14. Saya ikut sedih mbak Tanty, sungguh suatu musibah yang kita sebagai manusia tidak bisa menampik ya. Semoga Randy tegar dalam menjalani masa depannya, aaminn.

    Saya juga suka takut kalau mengingat kematian apalagi membayangkan bahwa suatu ketika akan ditinggalkan oleh orang-orang tercinta, tapi akhirnya pasrah saja karena segala sesuatu itu milik Allah dan suatu saat pasti akan kembali lagi pada Allah.

    Semoga kita termauk kedalam golongan orang-orang Khusnul Khotimah ya mbak, aamiin.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan berkomentar, insyaalah saya akan berkunjung balik. Sukses selalu :)