28 Mar 2016

Cerita Blogger Daerah Tentang Masyarakat Ekonomi Asean

Gaung tentang Masyarakat Ekonomi Asean juga menyeruak santer sampai pelosok daerah. Terutama (menurut pendapat saya) tempat dimana saya mengajar pada saat itu memang lumayan terpencil. Dalam artian jauh dari keriuhan kota besar setingkat daerah Kudus.

Dengan effort lumayan repot pada akhirnya para guru dan siswa siswinya bisa tergerak  belajar mengenal dunia internet. Sehingga lewat portal ini bisa mengakses info berita yang uptodate. Seperti halnya berita tergres tentang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang tengah semarak jadi bahan perbincangan.

Topik yang menjadi wacana serius dengan keterbukaaan perdagangan pasar bebas diantara sesama negara yang tergabung dalam ASEAN. Tujuan pokoknya adalah meningkatkan pengembangan sumber daya manusia yang tangguh dan produktif di segala bidang demi kemajuan pasar dagang antar negara di ASEAN.
 

Flashback**

Saya dulu juga sempat shock lho, pertama kali mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan yang berlokasi di pedesaan tepatnya di wilayah Dawe-Colo Raya.  SMK swasta pertama kali yang berani membuka jurusan Tehnik Komputer dan Jaringan. Namun yang bikin saya gak habis pikir, keberadaan sekolah baru minim dengan sarana dan prasananya.

Sempat saya putus asa melihat kondisi yang sedemikian memprihatinkan. Bagaimana bisa maju dan bersaing kompetitif mengingat banyak kekurangan disana-sini. Belum lagi background siswa siswinya yang kebanyakan dari kaum petani, buruh dan sedikit pedagang.

Banyak diantaranya yang menunggak tagihan uang SPP, itu juga belum termasuk dengan uang praktek pada kelas kejuruan. Jadi saya bisa membayangkan (pasti) betapa beratnya beban biaya yang harus dikeluarkan tiap bulannya. Sekali lagi saya dan beberapa guru harus memaklumi situasi dan kondisi yang ada.

Daerah SMK yang saya abdi ini jauh berbeda dengan SMK yang ada di pusat kota Kudus. Disini masih kental lokal kearifannya. Seperti budaya dan religinya. Kadang-kadang ada mindset  dari beberapa siswa lebih baik membantu orang tua berdagang atau bekerja di sawah daripada menimba ilmu di sekolah.

Untuk itu ada kebijakan dan toleransi di lingkungan sekolah yang berada di bawah naungan Ponpes Mambaul Falah Piji- Dawe, tidak bisa serta merta menyamakan kurikulum yang sama dengan yang ada di sentra pendidikan tingkat kota.
Apalagi kurikulum baru yang diterapkan waktu itu adalah berbasis kompetensi. Artinya, mau tidak mau dari pihak sekolah sendiri yang harus menemukan formula menerapkan metode pengajaran yang tepat guna dalam mempersiapkan siswa-siswinya menyongsong era MEA.

Tindak lanjut ***
Berbekal pengalaman saya yang pernah mengajar di institusi pendidikan pusat kota, saya memadu padankan ilmu-ilmu dasar yang pernah saya miliki  untuk diterapkan di SMK pelosok ini. Yaa, saya seperti babat alas (merintis dari awal) lantaran kebanyakan siswa-siswi disini  gaptek dengan komputer apalagi internet.

Saya mengharapkan mendapatkan inputan yang baik agar nantinya bisa tercapai suatu korelasi dengan apa yang harus dimiliki dalam menyambut MEA, terutama untuk masyarakat daerah terpencil.
Mau tidak mau  saya coba support dan mendorong keras para siswa untuk MENCINTAI pelajaran Bahasa INGGRIS dari yang mulai sederhana. Bisa dari menonton film asing, mendengarkan musik atau melihat sejumlah advertisement barat.
Lha, bagaimana bisa memahami ilmu komputer dengan mudah dan cepat, jika bahasa Inggris yang menjadi dasar tutorial dari mata pelajaran utama semisal : Installation Hardware Computer , saja tidak menguasai.Diwajibkan setidaknya mereka mengenal istilah aksesoris komputer atau periferal dalam bahasa Inggris.
Namanya perjuangan pastilah butuh pengorbanan dan proses panjang, bener'kan ?? Makanya saya tanamkan kepercayaan dan prinsip bawa kami semua (saya dan para siswa bisa bersatu untuk berkembang maju) perlahan-lahan tapi pasti.
Mosok sih, mau ketinggalan kemajuan terus dibelakang. Jangan hanya jadi penonton saja melainkan  berusaha menjemput bola.

Untuk itu saya coba inisiatif mengenalkan tentang blog kepada mereka. Harapan saya ke depannya salah satu diantara mereka nanti bisa menguasai dan menekuni sungguh-sungguh sebagai pejuang blog. Tidak sekedar untuk have fun saja namun bisa menghasilkan suatu prestasi.

Bukannya saya personal bermimpi muluk-muluk, namun saya bersyukur menemukan komunitas kaum muda yang mau berkarya dan tulus berbagi ilmu. Bahkan kebanyakkan diantara mereka bisa menghasillan lebih dari orang lain. Siapa mengira profesi sebagai penjaga warnet tapi memiliki penghasilan bulanan mencapai diaatas 5 juta tiap bulan. Yaaa, karena profesi dan pasion yang dijalaninya sebagai seorang Publisher Adsense.

Nah, itu pointnya. Saya sangat mengharapkan anak murid saya bisa mencapai ke titik tersebut. Menularkan minat dan menumbuhkan kecintaan pada dunia blogging.Jadi tidak menjadi keraguan semata kalah telak bersaing dengan para kompetitor lainnya. Yang utama siswa-siswi SMK didik saya bisa memiliki skill dan kompetensi sendiri dalam menjawab tantangan globalisasi masa kini.


Semoga berhasil, harapan dan doa saya teriring sebagai pendidik sekaligus bangga menjadi blogger daerah.

Keep Happy Blooging


2 komentar:

  1. salut mbak :).. ga salah kalo dibilang pendidik itu bener2 pahlawan tnpa tnda jasa ya.. apalah artinya murid2 tanpa didampingi oleh guru yg bnr2 komit ama tugasnya.. :). apalagi jaman skr yg persaingannya makin kuat..

    BalasHapus
  2. semoga tercapai harapannya. Salut dengan usahanya :)

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan berkomentar, insyaalah saya akan berkunjung balik. Sukses selalu :)