31 Agu 2015

Keluarga Harta Yang Tiada Ternilai Harganya

Dokpri : Keluarga Menjadi Alasan Kuat Mengalahkan Ego
Setujukah jika ada yang mengatakan keluarga merupakan harta yang tiada ternilai harganya ? So, pasti dong. 

Menurut pendapat saya, terutama menyusuri pengalaman 15 tahun yang silam, keberadaan keluarga itu lebih memudahkan saya dalam menaklukan ego.
Bagaimana tidak saya malah tidak pernah terpikir untuk tinggal di kota kecil yang sepi dan jauh dari pusat keramaian kota seperti mall, cafe, tokbuk Gramed, restauran de el el *Catet itu masih sekitar tahun 99an. Masih seeeepi buangeet :D hahahaha

Keputusan bulat yang saya ambil ditengah kebingungan, antara saya keukeuh  di kampung halaman atau hijrah di kota kecil.Maklum semenjak kecil saya dibesarkan di kota tercinta (sebut saja kota yang terkenal dengan lumpia-nya yaaa...).
Jadi enggak salah dong jika membuat saya GAMANG memilih.

Apalagi menyesuaikan atau beradaptasi di kota kecil yang kuat aroma santrinya- membutuhkan beberapa waktu yang tidak sebentar.
Tetap saya masih berjuang melepaskan "HOMESICK"....aaarggggh!!!
 
Hingar bingar yang biasa saya temukan di kota besar tidak serta merta saya temukan di kota kecil.(Padahal masih antara jam 20-00-21.00). Seolah malam terasa sunyi sepi dan khusyuk. Belum lagi susah menemukan toko buku besar yang menyediakan stok buku khusus.*lupakan alasan remehtemeh ini hikks.
Memang sih, sebenarnya daya tempuh Semarang-Kudus hanya 45 menit kalau ngebut trafik mulus sementara jika ada hambatan perbaikan jalan, atau kemacetan lain unpredictable mungkin memakan waktu berjam-jam.
Nah, itu mungkin yang membuat saya berpikir ulang untuk selalu be strong woman PP Semarang-Kudus (yaa kalau cuaca bersahabat, coba kalau  terpaksa menerobos hujan badai lebat, dipastikan awak bisa "lepoh" alias tepar).

Seiring waktu (serta kedewasaan make me more wiseful) cie cie... tepatnya bulan Agustus 2000, saya mantap memilih mendedikasi kemampuan dan tenaga saya fulltime menjadi pendidik di kota Kudus.

Dengan beragam pertimbangan, termasuk support keluarga besar yang membulatkan tekad saya untuk akhirnya memilih tinggal di kota santri ini. Meski awalnya diledek temen-temen kota asal, lantaran saya acap mengerjakan hal-hal konvensional. Seperti memasak dengan kayu api atau kompor minyak (maklum di rumah dulunya sering memakai kompor gas) atau terlalu jadi "wong -katrok" istilah  Mr TUKUL, yaitu dadii wong ndeso- gak menjadi masalah. Mungkin melihat saya bepergian kesana kemari memakai sepeda onthel (pinjaman almarhum papa mertua). Hehehehe nostalgia tidak terlupa, kan.

Terlepas dari itu semua, saya mengakui bahwa tradisi kekeluargaan di kampung tempat tinggal wilayah Kudus masih sangat kental, jadi sangat menjunjung tinggi nilai persaudaraan. Jika ada salah satu kerabat yang sakit secara langsung keluarga besar dan kerabat saling berdatangan menjenguk. Bahkan ada yang datang luar kota, hebat bukan. Ccckkk bukan main, belum tentu saya bisa merasakan hal yang sama di kota asal dulu.

Alhamdullilah, puji syukur ke hadirat Allah pada akhirnya saya juga bisa mengecap kebahagiaan dengan keluarga kecil tercinta. Meski tidak hidup di kota besar, tetap merasa semangat dan bisa belajar maju meningkatkan kualitas dalam hidup. Semoga saja bisa jadi pembelajaraan yang baik untuk anak cucu mendatang. Tentunya selalu memegang prinsip bahwa keluarga tetap sebagai harta yang tiada ternilai harganya. DEAL 100% .

Keep Happy Blogging

Tulisan tentang "Keluarga Harta Yang Tiada Ternilai Harganya" ini diikut sertakan dalam kemeriahan GA berikut ini :



8 komentar:

  1. Kudus kotanya nyaman ya mba, kemarin cuma mampir doang ngajar bentar nanti mau balik lagi aah ngubek2 rumahnya mba tanti hihihi

    BalasHapus
  2. Betulll pas pulkam k kebumen, jam 8 malem dah pada sepi, malah uda pada tidur agaknya
    Sementara pas balik k kpta jam 11 an malem kedai makanan masi buka

    BalasHapus
  3. setitik langkah kecil keberanian, akan membawa peluang/pengalaman baru yang tadinya nggak akan kita sangka bisa mendapatkannya ;)

    BalasHapus
  4. jadi inget keluarga cemara

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat pagi emaaaak.. selamat pagi abaaaah :D *lalu nyanyi*

      Hapus
  5. semangaaat maaak...kadang memang ada harga yang harus kita bayar untuk mendapatkan harta tak ternilai hehehe..termasuk kebahagiaan bersama keluarga :).. Thanks for joining my #BlessfulAugust yaaaaa :)

    BalasHapus
  6. terimakasih bos tentang infonya dan semoga bermanfaat

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan berkomentar, insyaalah saya akan berkunjung balik. Sukses selalu :)